Hanya Ingin Membaca Buku ? Tak Perlu Repot-Repot Ke Perpustakaan

Ilustrasi Perpustakaan
Membosankan, jadul, bahkan angker adalah beberapa hal yang mungkin akan terlintas di pikiran orang banyak ketika mendengar kata 'perpustakaan'. kecuali mungkin yang mendengar kata tersebut sedang melamun membayangkan masakan padang.

Kembali lagi kepada pembahasan, sekarang ini perpustakaan memang bisa dikatakan tidak begitu menarik baik menurut masyarakat umum maupun pelajar. Coba saja tanyakan kepada orang-orang disekitar kita kapan terakhir kali mereka masuk ke perpustakaan, jawabannya pun tak bisa dibanggakan. Hal ini tidak lain karena hampir setiap orang beranggapan bahwa satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan di perpustakaan adalah membaca buku, padahal masih banyak hal-hal lain yang bisa mereka lakukan di disana, misalnya menumpang wifi gratis untuk mengunduh drama Korea, tidak. Masih banyak hal-hal tak terbayangkan yang bisa kita lakukan di perpustakaan, seperti pada saat pertama kali saya memasuki gedung perpustakaan diwaktu SD.


Bukan Sekadar Tempat Buku Disimpan

Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, kelas 3 tepatnya. Jujur bangunan yang disebut perpustakaan bukanlah sesuatu yang menarik untuk ukuran siswa kelas 3 SD ditambah lagi perpustakaan di sekolah saya bisa dikatakan tidak terurus. Tetapi hari itu saya memberanikan diri untuk melangkahkan kaki menuju bangunan tersebut karena memang terpaksa untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru saya sebelumnya, namun entah kenapa sama sekali tidak ada satupun teman saya yang berpikir untuk mencari jawaban pertanyaan tersebut di perpustakaan. Dan ternyata suasana didalam perpustakaan memang benar-benar seram. awalnya, tapi setelah beberapa waktu berada berada disana suasananya ternyata biasa saja. saya pun lanjut mencari dan benar saja jawaban atas pertanyaan guru saya tadi dapat saya temukan di salah satu buku di perpustakaan.

Setelah mendapatkan apa yang saya cari, saya tidak langsung pergi karena ada hal yang berhasil menarik perhatian, Patung orang dimutilasi.
alat peraga perpus
Ilustrasi alat peraga
Waktu itu saya memang tidak mengetahui nama atau sebutan dari benda tersebut, tapi setelah bertanya ke guru bahasa inggris yang kebetulan lagi menganggur di perpustakaan, beliau  berkata bahwa benda-benda tersebut adalah alat peraga untuk membantu pelajaran. Karena penasaran saya pun melihat alat-alat tersebut dan mulai tertarik terutama pada yang bentuknya seperti orang habis dimutilasi tadi, malah sudah ada yang jadi tengkorak. selain kedua alat peraga tubuh manusia tadi masih ada beberapa alat lain yang berbentuk hewan, organ, planet, bangun dan lain-lain.

Sejak saat itu saya jadi sering ke perpustakaan untuk melihat alat-alat peraga tadi sembari membaca buku yang berkaitan dengan alat peraga yang bersangkutan dan dari situlah saya mulai tertarik untuk mempelajari dan mengetahui lebih mengenai tentang tubuh manusia termasuk fakta mengejutkan bahwa didalam telinga manusia terdapat organ yang bentuknya mirip cangkang siput dan ternyata organ tersebut memang dikenal dengan nama rumah siput.

Belakangan saya baru mengetahui bahwa ala-alat peraga tersebut biasanya digunakan untuk siswa kelas 5 dan 6. Hal ini tentunya menjadi keuntungan tersendiri bagi saya karena bisa mengetahui dan mempelajari alat-alat peraga ini sedikit lebih cepat dari waktu yang seharusnya


Penasaran menjadi Penghargaan

Beberapa bulan telah berlalu sejak pertama kali saya mengenal lebih dekat dengan yang namanya perpustakaan. Saat saya pun sudah menginjak kelas 4 SD dan kebetulan saya juga terpilih sebagai salah satu perwakilan pada olimpiade sains SD tingkat Kabupaten. Singkat cerita olimpiade tersebut terbagi menjadi 2 sesi, tertulis dan praktik.

Sesi tertulis bisa dikatakan sangat sulit bagi saya karena hampir seluruh soal ditulis menggunakan bahasa inggris, adapun soal-soal yang menggunakan bahasa Indonesia banyak membahas hal-hal yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya, belum lagi jenis soal adalah essay yang membuat saya tidak bisa asal menjawab mengandalkan keberuntungan. Sampai disini harapan saya pun hampir lenyap, jikalau ujian tertulisnya saja sesulit ini bagaimana lagi dengan ujian praktiknya pikirku.

Tidak lama berselang ujian praktik pun dimulai, dan benar saja ujian praktiknya bisa dikatakan jauh lebih sulit dari ujian sebelumnya melihat dari wajah para peserta yang semakin mengerikan. Namun saya sendiri tidak merasakan kesulitan berarti dalam mengerjakan ujian praktik tersebut.

Waktu pengumuman pun tiba, jujur saya tidak memiliki harapan apa-apa mengingat sulitnya sesi tertulis yang pertama, namun ternyata terjadi hal tidak terduga, saya berhasil menjadi juara 1 dengan skor 118 dari maksimal skor 200. 18 dari ujian tertulis dan 100 dari ujian praktik.

Tak disangka-sangka rasa penasaran saya terhadap alat-alat peraga yang bersemayam di perpustakaan berhasil mengantarkan saya menjadi juara 1 di olimpiade sains SD tingkat Kabupaten, yang mana piala yang saya menangkan menjadi piala pertama yang pernah saya dapatkan. Saat itu juga lah yang menjadi awal tumbuhnya rasa suka saya mengunjungi perpustakaan.


Tantangan Yang Akan Datang

Sekarang saya sudah kuliah, sudah menjadi mahasiswa di Universitas Malikussaleh dan setelah menjadi mahasiswa saya menyadari ternyata perpustakaan di tingkat universitas memang lebih baik daripada perpustakaan di sekolah saya dahulu baik dalam segi bangunan maupun koleksi buku yang ada. Sejak dahulu saya memang memiliki keinginan untuk berkunjung ke perpustakaan tingkat universitas, misalnya perpustakaan Unsiyah maupun Unimed karena sering melihat foto-foto mahasiswa dengan latar kedua perpustakaan tersebut, tidak heran karena memang bangunannya yang terlihat megah.

Namun ada satu hal yang tidak berubah baik saat mengunjungi perpustakaan di universitas dengan di sekolah-sekolah, masih kurangnya minat pengunjung. Seperti Judul dari artikel ini sendiri, hampir setiap orang berpikir untuk apa repot-repot mendatangi perpustakaan jika hanya ingin membaca buku yang notabenenya dapat dengan mudah mereka akses melalui internet.

Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri dan jika tidak ingin kalah bersaing ada baiknya pengurus perpustakaan melakukan sesuatu yang menarik minat pengunjung, mungkin degan menambah fasilitas-fasilitas tertentu.

Salah satu hal yang membuat saya kagum adalah apa yang dilakukan UPT.Perpustakaan Unsyiah melalui akun Instagram mereka @upt_perpustakaan_unsyiah mereka, cukup jarang kita temi akun resmi dari kepengurusan perpustakaan aktif dan terlihat dekat dengan pengunjungnya.  Belum lagi dengan event-event yang mereka selenggarakan misalnya Unsyiah Library Fiesta 2019 yang berisi berbagai lomba seperti lomba blog, puisi ,debat maupun akustik.


Penutup
Perpustakaan bukanlah hanya sekadar bangunan tempat buku-buku disimpan, banyak hal-hal bermanfaat lain yang dapat kita lakukan dan dapatkan disana yang mana saya juga sudah membuktikannya sendiri. Dan harapan saya semoga dengan event seperti perlombaan yang diselenggarakan Unsiyah ini dapat semakin meningkatkan animo masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan.

0 Response to "Hanya Ingin Membaca Buku ? Tak Perlu Repot-Repot Ke Perpustakaan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel